Tan Malaka merupakan salah satu tokoh pejuang kemerdekaan Indonesia yang berhaluan revolusioner. Itulah yang menyebabkan masa hidupnya lebih banyak berada di pengasingan. Keteguhan pendirian, pandangan dan garis perjuangannya membuat Tan Malaka sering terlibat konfrontasi baik dengan pemerintah Hindia Belanda maupun dengan pemerintahan pasca kemerdekaan. Ia pejuang yang militan, radikal, revolusioner, banyak melahirkan pemikiran-pemikiran cemerlang dan berperan besar dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia. Tan Malaka seorang pemimpin yang berhaluan sosialis, dan politisi yang mendirikan Partai Murba. Organisasi yang membesarkannya adalah Sarekat Islam (SI) Jakarta dan Semarang. Ia dibesarkan dalam suasana semangatnya gerakan modernis Islam Kaoem Moeda di Sumatera Barat. Walaupun berpandangan sosialis, tetapi sering terlibat konflik dengan Partai Komunis Indonesia (PKI). Dengan perjuangan yang gigih maka ia dikenal sebagai tokoh revolusioner yang legendaris. Walaupun sering menjalani kehidupan di pembuangan, Tan Malaka berperan besar dalam membangun jaringan gerakan sosialis internasional yang anti penjajahan. Ia dinyatakan sebagai "Pahlawan revolusi nasional" melalui ketetapan parlemen dalam sebuah undang-undang tahun 1963.
Tan Malaka lahir di Nagari Pandam Gadang, Suliki, Sumatera Barat, 19 Februari 1896 –meninggal pada umur 53 tahun di Desa Selopanggung, Kediri, Jawa Timur, 16 April 1949. Saat berumur 16 tahun, 1912, Tan Malaka dikirim ke Belanda. Kemudian Tahun 1919 ia kembali ke Indonesia dan bekerja sebagai guru disebuah perkebunan di Deli. Ketimpangan sosial yang dilihatnya di lingkungan perkebunan, antara kaum buruh dan tuan tanah menimbulkan semangat radikal pada diri Tan Malaka muda. Tahun 1921, ia pergi ke Semarang dan bertemu dengan Semaun dan mulai terjun ke kancah politik. Saat kongres PKI 24-25 Desember 1921, Tan Malaka di undang dalam acara tersebut. Januari 1922 ia ditangkap dan dibuang ke Kupang. Pada Maret 1922 Tan Malaka diusir dari Indonesia dan berkelana ke Berlin, Moskwa dan Belanda.
Sepak terjang Tan Malaka
Sejak tahun 1921 Tan Malaka telah aktif dalam dunia politik. Tan Malaka merekrut pemuda-pemuda komunis. Tan Malaka juga banyak juga berdiskusi dengan Semaun (wakil ISDV) mengenai pergerakan revolusioner dalam pemerintahan Hindia Belanda. Ia kemudian merencanakan pengkaderan dalam bentuk pendidikan bagi anggota-anggota PKI dan SI (Sarekat Islam) tentang ajaran-ajaran komunis, gerakan-gerakan aksi komunis, keahlian berbicara, jurnalistik dan keahlian memimpin rakyat. Namun pemerintahan Belanda melarang kegiatan tersebut.
Akibat larangan ini Tan Malaka berencana mendirikan sekolah-sekolah sebagai anak-anak anggota SI untuk penciptaan kader-kader baru dan pembekalan dalam bidang pekerjaan, berhitung, menulis, membaca, ilmu bumi, bahasa Belanda, Melayu, Jawa dan lain-lain. Para Pemuda di beri kebebasan mengikuti perkumpulan-perkumpulan. Tujuan pendirian sekolah juga untuk memperbaiki nasib kaum miskin. Untuk mendirikan sekolah itu, ruang rapat SI Semarang diubah menjadi sekolah. Dan sekolah itu bertumbuh sangat cepat hingga sekolah itu semakin lama semakin besar. Perjuangan Tan Malaka tidaklah hanya sebatas pada usaha mencerdaskan rakyat Indonesia pada saat itu, tapi juga pada gerakan-gerakan dalam melawan ketidakadilan seperti yang dilakukan para buruh terhadap pemerintahan Hindia Belanda lewat VSTP dan aksi-aksi pemogokan, disertai selebaran-selebaran sebagai alat propaganda yang ditujukan kepada rakyat agar rakyat dapat melihat adanya ketidakadilan yang diterima oleh kaum buruh.
Pergulatan Tan Malaka dengan partai komunis di dunia sangatlah jelas. Ia tidak hanya mempunyai hak untuk memberi usul-usul dan dan mengadakan kritik tetapi juga hak untuk mengucapkan vetonya atas aksi-aksi yang dilakukan partai komunis di daerah kerjanya. Tan Malaka juga harus mengadakan pengawasan supaya anggaran dasar, program dan taktik dari Komintern (Komunis Internasional) dan Profintern seperti yang telah ditentukan di kongres-kongres Moskwa diikuti oleh kaum komunis dunia. Dengan demikian tanggung-jawabnya sebagai wakil Komintern lebih berat dari keanggotaannya di PKI.
Sebagai seorang pemimpin yang masih sangat muda ia meletakkan tanggung jawab yang sangat berat pada pundaknya. Tan Malaka dan sebagian kawan-kawannya memisahkan diri dan kemudian memutuskan hubungan dengan PKI, Sardjono-Alimin-Musso. Ia kemudian berkelana ke luar negeri. Ketika berada di luar negeri Tan Malaka banyak berkomunikasi dengan teman-teman eperjuangan Di Bangkok, ia bersama Soebakat dan Djamaludddin Tamin, Juni 1927 Tan Malaka memproklamasikan berdirinya Partai Republik Indonesia (PARI). Dua tahun sebelumnya Tan Malaka telah menulis "Menuju Republik Indonesia". Itu ditunjukkan kepada para pejuang intelektual di Indonesia dan di negeri Belanda. Terbitnya buku itu pertama kali di Kowloon, Hong Kong, April 1925. Setelah mengevaluasi kerugian yang begitu besar bagi Republik Indonesia akibat Perjanjian Linggajati 1947 dan Renville 1948, hasil diplomasi Sutan Syahrir dan Perdana Menteri Amir Syarifuddin, Tan Malaka merintis pembentukan Partai MURBA, 7 November 1948 di Yogyakarta.
Akhir kehidupan
Pada tahun 1949 tepatnya bulan Februari Tan Malaka dinyatakan hilang tanpa di ketahui jejaknya. Setelah melalui investigasi dan penelusuran jejaknya, seorang sejarawan Belanda Harry A. Poeze dapat menjelaskan bukti-bukti bahwa Tan Malaka ditembak mati atas perintah oleh Letnan dua Soekotjo dari Batalyon Sikatan Divisi Brawijaya. Direktur Penerbitan Institut Kerajaan Belanda untuk Studi Karibia dan Asia Tenggara atau KITLV, Harry A Poeze kembali merilis hasil penelitiannya, bahwa Tan Malaka ditembak pasukan TNI di lereng Gunung Wilis, tepatnya di Desa Selopanggung, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri pada 21 Februari 1949. Untuk mengenang jasa-jasanaya Presiden Soekarno mengeluarkan Surat Keputusan Presiden No 53 yang isinya menetapkan Tan Malaka adalah seorang pahlawan kemerdekaan Nasional.
0 Komentar untuk "Biografi Tan Malaka"